Profil Tokoh Pelopor NU di Desa Ngelo Dusun Jipangulu: Pak Nurdi

Pada tahun 1989, rombongan mahasiswa dari IAIN Sunan Ampel Surabaya tiba di Desa Ngelo untuk melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Dalam rombongan tersebut, terdapat seorang mahasiswa yang berasal dari desa Bareng, kecamatan Ngasem Bojonegoro, yang bernama Nurdi. Warga Ngelo kemudian memanggilnya dengan sebutan Pak Nurdi, sebagai bentuk penghormatan dan keakraban.


Pak Nurdi adalah sosok mahasiswa yang sangat peduli terhadap perkembangan sosial, budaya, dan keagamaan di Desa Ngelo. Ia menunjukkan karakter yang kuat dan jelas menonjolkan nilai-nilai NU dalam setiap interaksi dengan warga desa. Keaktifan dan keterlibatannya dalam kehidupan masyarakat setempat membuatnya dihormati dan dianggap sebagai bagian dari komunitas.

Baca Juga: Profil Tokoh NU di Desa Ngelo Dusun Jipangulu: Mbah Sulaimi

Dalam melaksanakan tugas KKN di Desa Ngelo, Pak Nurdi tidak hanya membatasi diri pada aspek akademis, tetapi juga berusaha berkontribusi secara nyata untuk meningkatkan kesejahteraan dan pembangunan desa. Keterlibatannya yang erat dengan masyarakat membuatnya mampu meresapi kearifan lokal dan kebutuhan riil masyarakat.


Salah satu hal yang mencolok adalah kepedulian Pak Nurdi terhadap pendidikan agama. Ia berusaha membantu mengembangkan potensi keislaman warga desa dengan mengajak dua orang, yakni Tri Maryono dan Badrun, untuk bergabung dalam Pesantren Assyakur Nglingi. Dengan langkah ini, Pak Nurdi berharap bahwa kedua anak ini dapat menjadi kader penerus perjuangan dan meneruskan nilai-nilai keagamaan yang telah dia tanamkan selama berada di Desa Ngelo.

Baca Juga: Profil Tokoh NU di Desa Ngelo Dusun Jipangulu: Lek Nyaman

Setelah menyelesaikan tugas KKN di Ngelo, Pak Nurdi tidak hanya meninggalkan kenangan positif, tetapi juga membawa dampak positif yang nyata dalam pembangunan sosial dan keagamaan di desa tersebut. Kontribusi Pak Nurdi memberikan dorongan baru bagi masyarakat setempat untuk terus mengembangkan nilai-nilai keberagaman dan keislaman yang dijunjung tinggi oleh NU.

Setelah menyelesaikan tugas KKN di Desa Ngelo, Pak Nurdi terus berperan aktif dalam menjaga dan mengembangkan nilai-nilai keberagaman dan keislaman di wilayah tersebut. Kiprahnya tidak hanya sebatas tugas akademis, melainkan menjadi bagian integral dari perjuangan untuk memajukan masyarakat setempat.

Baca Juga: Profil Tokoh NU di Desa Ngelo Dusun Ngelo: Mbah Nur

Pak Nurdi tidak hanya memberikan sumbangan pemikiran, tetapi juga turut serta secara langsung dalam upaya membangun pendidikan dan keberagaman di Desa Ngelo. Dengan mengajak Tri Maryono dan Badrun untuk masuk Pesantren Assyakur Nglingi, Pak Nurdi memberikan kontribusi penting dalam menanamkan nilai-nilai agama dan membentuk karakter keislaman generasi penerus.


Keberhasilannya membawa dua orang tersebut masuk pesantren tidak hanya berarti menyerahkan tanggung jawab kepada institusi pendidikan, tetapi juga menciptakan kesempatan untuk memunculkan kader-kader yang dapat meneruskan perjuangan dan mengembangkan ajaran NU di tingkat lokal. Tri Maryono dan Badrun, yang telah diinspirasi oleh Pak Nurdi, menjadi potensi positif dalam membawa perubahan di Desa Ngelo.


Pak Nurdi tetap menjalin hubungan baik dengan masyarakat Ngelo setelah tugas KKN-nya berakhir. Keberadaannya tetap dihargai dan diakui oleh warga setempat sebagai sosok yang telah membawa perubahan positif. Keterlibatannya yang kuat dalam kegiatan sosial, budaya, dan keagamaan terus memotivasi masyarakat untuk terus berkembang dan merangkul keberagaman.


Warisan Pak Nurdi bukan hanya dalam bentuk perubahan fisik atau kebijakan, tetapi lebih pada perubahan sikap dan pemahaman masyarakat terhadap nilai-nilai keberagaman dan keislaman. Ia meninggalkan jejak yang mendalam dan memberikan inspirasi bagi generasi selanjutnya untuk terus berperan dalam memajukan masyarakat dengan semangat keberagaman dan keislaman yang diperjuangkannya.


Beberapa tahun setelah tugas KKN di Desa Ngelo, Pak Nurdi terus berkomitmen untuk mendukung pembangunan di tingkat lokal. Meskipun telah kembali ke desanya di Bojonegoro, semangat dan dedikasinya terhadap nilai-nilai keberagaman, keagamaan, dan kemasyarakatan tetap terjaga.


Pak Nurdi terus menjalin hubungan dengan Desa Ngelo dan menjadi salah satu penasehat yang dihormati dalam pengembangan potensi masyarakat setempat. Ia terlibat dalam berbagai proyek dan program yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan pengetahuan agama di wilayah tersebut.


Pengalaman Pak Nurdi di Desa Ngelo turut membuka mata masyarakat akan pentingnya pendidikan agama dan keberagaman. Setiap kali ia kembali, Pak Nurdi selalu menyampaikan ceramah dan kajian keagamaan, memotivasi warga untuk terus mengejar ilmu pengetahuan dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.


Lewat keterlibatannya, Pak Nurdi juga terus mendukung pembinaan kader-kader lokal, termasuk Tri Maryono dan Badrun, yang telah ia ajak masuk Pesantren Assyakur Nglingi. Kini, mereka berdua telah menjadi tulang punggung dalam menyebarkan ajaran Islam yang toleran dan semangat keberagaman di Desa Ngelo.


Pak Nurdi tidak hanya meninggalkan warisan dalam bentuk pemikiran dan pengajaran, tetapi juga membantu menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan masyarakat. Melalui jejaknya, semangat kebersamaan, toleransi, dan semangat keberagaman terus hidup di Desa Ngelo.


Kisah perjalanan Pak Nurdi memberikan inspirasi bagi generasi selanjutnya untuk terlibat aktif dalam membangun masyarakat yang inklusif dan harmonis. Melalui dedikasinya, Pak Nurdi telah menciptakan warisan yang melekat dalam hati dan perjalanan pembangunan Desa Ngelo.


(Tim Lacak Jejak Pelopor NU Ngelo)